Featured Post

Ilmu Pemasaran Tertua Adalah Cerita



Dalam pemasaran, apapun brand campaign-nya, mau pakai media sosial (medsos) manapun, Tidak bisa tidak. Kita harus membangun sebuah cerita atau storytelling. Tidak percaya? Cek saja Pendiri Akademi Berbagi, Ainun Chomsun. 


Belum Kopdar, Belum Mantap

Katanya, ilmu marketing tertua adalah cerita. “Tidak percaya? Cek saja kitab-kitab suci agama. Di alkitab, agama apapun, itu bentuknya cerita.  Apa yang menjadi panutan, cerita tentang Nabi yang lahir, perjuangan. Semua bentuknya cerita. Jadi ilmu marketing paling tua itu sebenarnya cerita, singkapnya di WRITING WORKSHOP: "Stay Safe: How to Use Your Writing Skills and Social Media to Spread the Words", Conclave, Jakarta (28/11/15).


Namun, lanjut Ainun, kita sering abai, lebih fokus kejar target ketimbang membangun storytelling atau cerita dalam sebuah produk.

“Sayangnya kita sering lupa. Kita lebih sibuk mengejar target tapi lupa membangun cerita sebuah produk. Kita lupa membangun cerita atas sebuah gerakan. Orang lebih nyaman, bahkan ketika anak mau tidur saja ingin diceritain supaya dia rileks," mbuh Penulis buku “Kelas”. 

Orang kalau posisinya sudah rileks, kata Ainun, akan lebih mudah dipengaruhi. Setelah itu, selama cerita dibangun, jangan sampai kurang tepat memilih wahana medsos yang pas sesuai target audiens.

“Jadi, cerita itu yang harus terus dibangun, mediumnya boleh apa saja. Tidak semua media sosial, kita memilih medium tergantung tujuan kegiatan atau program dan siapa target audiens kita. Kalau target saya adalah anak muda umur 13 sampai 18 tahun, di Facebook tidak akan kena. Dia paling banyak ada di LINE, Instagram, sekarang yang lagi heboh, Snapchat. Kalau target kita ibu-ibu, agak sedikit ada di Twitter, paling banyak di Facebook. Jadi memang beda tools, beda target dan beda cara ngomongnya,” jelas dia. 

Setelah itu apa, Mbak? Ya dikonkretkan dong. Apapun yang kita sosialisasikan, sebut Ainun, sebaiknya berbuah tindakan nyata.

“Apapun yang kita tulis, sosialisasikan, sebaiknya ada tindakan nyata. Sebuah cerita  hanya akan menjadi cerita ketika tidak ada kegiatan nyata dan berdampak pada masyarakat. Apalagi di Indonesia kalau belum kopdar belum mantap. Kita ikut kegiatan atau komunitas apapun selalu: ini kapan kopdarnya? Hal itu tidak terjadi di negara lain, semua eksekusi bisa selesai di online, tidak saling bertemu. Kalau di Indonesia harus ketemu. Kita tuh orang yang guyub, harus nongkrong bareng, duduk, makan, ngobrol. kita jadi merasa dekat,” jelas Ainun yang beraktivitas di CNN Indonesia dan Edge Asia ID ini.

Ainun Chomsun
dok. @salsabeela

Di sinilah, lewat kopdar ini, kolaborasi makin erat terjalin dan kian menggerakkan.

 “Seperti hukum sebuah media sosial, kita terhubung dengan semua orang, kita harus bisa berkolaborasi dengan banyak orang,"  ujarnya.   

Salahsatu hal yang menjadikan Akademi Berbagi besar adalah kolaborasi dengan banyak lembaga, sosial movement, perusahaan, perorangan. Dengan berkumpul menjadi satu komunitas, sebut Ainun, tujuan bisa lebih tercapai, dampaknya bisa jadi lebih besar,”

Workshop Nulisbuku Club ini hasil kolaborasi Nulisbuku.com bersama Yayasan Astra Honda Motor. Hadir Juga sebagai narasumber, penulis Passport To Happiness, dan Co-Founder NulisBuku.com, Aulia Halimatussadiah atau akrab dipanggil Ollie, Feby Indirani dari International Association of Traffic and Safety Science (IATSS), dan Ketua Yayasan Honda Astra Motor, Hari Sasono.   


Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect