|
[dok: moeslema.com] |
Lama tinggal di luar negeri, ketika kembali, Andra Fembrianto punya pendapat
sendiri tentang negara asalnya ini. Mulai dari cuaca panas hingga tipe sebagian warganya yang susah berbudaya antri. “Dulu
dari SD, orangtua dinas ke London, selama 3 tahun hidup di sana. Pas balik, apaan
nih Indonesia, panas banget, orang-orangnya tidak
bisa ngantri,” sungutnya.
Yang Diserap Tak Semua Digarap
Namun, ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’, demikian ungkapan orang.. Indonesia. Karena
ketika kita mengutuk Indonesia, sebenarnya kita sedang mengutuk diri sendiri. Dari
situ Andra mulai berbalik entah berapa derajat, dari mengutuk hingga akhirnya mencoba masuk.
“Pas SMP-SMA, perasaan-perasaan selalu mengutuk Indonesia, lama-lama
kayak; wah gue mengutuk diri gue sendiri dong? Bagaimana sih gue bisa actually
mencintai Bangsa ini? Balik dari situ ada perubahan mindset,” akunya
dalam bincang buku Jalan-jalan Men Mengejar Dinosaurus, di Festival
Pembaca Indonesia 2015, 6 Desember 2015 Synthesis Tower, Jakarta
Perubahan polapikir dengan mencoba melihat Indonesia dari sisi
lain, dengan ikut terlibat dalan satu acara terkenal di televisi yang berisi ulasan
jalan-jalan keliling Indonesia, hingga ia pun memutuskan ikut menuangkannya ke dalam
buku.
“Oke, gue mau coba melihat Indonesia dari sisi lain. Yang paling cetek
mungkin dari sisi budaya, keindahan alamnya. Mulai dari situ selalu
mengharuskan garap sesuatu yang menggugah dari Indonesia, dan ternyata gampang
sekali untuk tergugah oleh Indonesia, karena kita semua so awsome,”
tandasnya bangga.
Maka, mulailah ia membuka diri, dengan selalu siap untuk segala hal baru dan
menjadi petualang. Tapi, menurut Andra, kurang tepat disebut petualangan jika di awal kita sudah berencana akan bertualang. Kerapkali petualangan terjadi saat "rencana berantakan".
“Saya pernah baca t-shirt tulisannya: You
Didn’t have an Adventure, You Just Have a Bad Planning. Gegara bad planning, mengakibatkan suatu petualangan. Jadi kalau kita ngomong: siap-siap jadi
petualang, itu rada kurang tepat,” imbuhnya.
Yang penting, lanjut Andra kita selalu siap terhadap apapun yang datang ke arah kita. Jadi , kalau sudah pegang kamera, Andra mengibaratkan,aperture harus selalu dibuka untuk menyerap apapun. Tapi bukan berarti semua digarap. Maksudnya,
bruh?
“Ibarat aperture-nya harus selalu dibuka untuk menyerap apapun. Lanskap
harus dibuka untuk menyerap itu semua. Tapi apa yang kita serap jangan semua
kita garap. Karena itu akan membuat kita bingung. Kalau kita serap semua dan
ditaruh di timeline, tidak akan jadi apa-apa. Makanya ada proses editing.
Yang penting kita terbuka dulu, habis itu kita punya waktu untuk diam, mikir,
mencerna dan yang bagus kita serap jadi vitamin,” pungkasnya.
Hadir dalam acara kupas buku terbitan Noura Books ini Naya Anindita dan Petra Gabriel Michael, pasangan unik yang merupakan tokoh utama dalam buku tersebut. Perhelatan yang keenamkali para
pencinta literasi seluruh Nusantara besutan Goodreads Indonesia ini, mengambil
tema "Reading, Caring, Sharing". Berbagai booth digelar, termasuk stan Blogger Buku Indonesia (BBI) yang dinobatkan sebagai Booth Terfavorit, dan menampilkan
rangkaian lokakarya, bincang buku, permainan berhadiah, dan pemberian Anugerah
Pembaca Indonesia 2015 .
Komentar
Posting Komentar