|
sumber: paramadina.ac.id |
PT Transportasi Jakarta sedang menambah koridor dengan membangun Koridor 13
Ruas Ciledug - Kapten Tendean. Kemudian muncul pemikiran baru: bagaimana
agar bisa juga membuat Transjakarta udara.
Lahan Tak Terbeli
Ketika harga tanah di Jakarta sudah terlalu mahal untuk ditegakkan tiang-tiang pancang rel, koridor-koridor busway, pool bus yang besar dan luas, pihak Transjakarta mulai mempertimbangkan apakah lebih efisen membeli helikopter untuk antar penumpang dari titik ke titik tuju.
"Yes, that time will come. Karena suatu
saat harga tanah di Jakarta sudah tidak bisa terbeli lagi,” ungkapnya.
Sekarang saja, lanjut Jos, demikian ia ingin dipanggil, ketika
membangun Koridor 13, ia kesulitan mencari jalan memutar di Ciledung. Ketika membangun Koridor 13, Jos mengaku kesulitan mencari tempat
memutar di Ciledug. Begitu tahu TransJakarta
mencari tempat memutar, masyarakat sekitar sudah mengajukan harga mahal bahkan untuk tanah makam, karena tahu, mau tidak mau harus dibeli.
TransJakarta saat
ini sedang membuat visibility study
untuk sistem transportasi udara. Maka ke depan ketika terlintas kata TransJakarta, jangan
berpikir tentang bus lagi.
“Jadi akan datang waktunya transportasi udara juga layak menjadi
transportasi umum. Ketika berpikir TransJakarta lain waktu, Anda jangan
berpikir tentang bus lagi, tapi berpikir tentang memindahkan manusia dari satu
titik ke titik yang lain,” jelasnya.
|
sumber: paramadina.ac.id |
Tidak Cari Untung
Sistem Transportasi Jakarta berorientasi pada pelayanan,
maka PT Transportasi Jakarta tidak cari untung. Kalau sempat kita bertemu pengelola metromini, supir kopaja atau pengemudi ojek, supir mikrolet, Jos titip pesan, Bagi yang merasa
rutenya digantikan Transjakarta, bilang Transportasi Jakarta tidak cari
untung.
"Bagaimana caranya Rp 3500 bisa beli Scania yang ber-AC dan gandeng kayak
begitu? Tidak menutup. Itungannya tidak ke mana-mana. TransJakarta beroperasi
untuk menciptakan service level,” tandasnya.
Soal service level, Jos menyontohkan, sebagai warga DKI Jakarta, pada peak hour
(jam padat) yaitu antara pukul 6 pagi hingga 10 siang, para pengguna
Transjakarta berhak dilayani, dan dijemput di halte tiap 7 menit paling
lama. Sedang saat off peak (waktu tidak padat), yakin antara pukul 10
pagi hingga 4 siang, paling lama mereka harus dijemput di halte tiap 15 menit.
“That's your right. Sebagai warga DKI Jakarta, Anda harus
sadar hak itu,” tandas Jos.
Mahasiswa Hubungan Masyarakat Universitas Paramadina
menginisiasi sebuah kampanye berjudul “Paramadina Youth Campaign”. Tujuan
kampanye ini adalah untuk mengubah pola pikir anak-anak muda tentang
transportasi publik. Kampanye dilakukan antara lain dengan mengadakan diskusi
interaktif ini dilanjutkan dengan
naik Transjakarta dan melakukan selfie
challenge di Instagram dengan hashtag #BuswayYuk.
Hadir juga sebagai narasumber; Dosen Universitas
Paramadina dan Pendiri KedaiKopi, Hendri Satrio, Head of Communication Jakarta
Smart City, Daniel Giovanni, dan Trafi Country Manager Indonesia, Dimas
Dwilasetio. Acara ini didukung TransJakarta, Jakarta Smart City, dan Trafi,
serta disponsori Mandiriku, Carribou, dan BRIK.
Komentar
Posting Komentar