Social Enterprise atau Socio Entrepreneur adalah usaha atau orang-orang yang aktif melibatkan komunitas yang mengupayakan dampak
solutif bagi persoalan masyarakat sekaligus meraih pendapatan.
Ditabung Demi
Kelangsungan
CMO kitabisa, Vikra Ijas mengungkapkan, pahami dulu
tingkat usahanya, gajilah diri kita cukup untuk kita bisa fokus menjalankan
bisnis
“Ketahui your stage, misal baru seed stage, sebelumnya kerja di
management consulting, gue mau rate-nya
sama, tidak mau tahu. Ya, tidak bisa seperti itu. Kalau bisnis masih kecil
lalu kita mau salary gendut, tidak appropriate. At least, enough so you can focus on your business, dan tidak
khawatir makan mi tiap hari. Tidak harus segitunya,” imbuhnya.
Lebih bagus lagi kalau kita bisa alokasikan dari
sumber lain, lanjut Vikra
“Inti seorang
Founder ya fokus. Yang kita punya adalah
waktu. Kalau pedagang tulen modelnya, profit langsung dibagi dividen, kalau yang bisa profit dari depan.
Kalau kitabisa and most market place tidak
bisa. Kita memang harus mengalokasikan certain
salary, cek di kerja.com, yang layak berapa. Allocate certain resource so you can focus,” jelasnya.
“Waktu
awal Temoo, income kita jauh lebih
kecil dibanding employee kita. Dan itu
normal, yang penting kita bisa hidup dan jalan. As we grow, bisa kita naikkan. Makannya tidak harus mi tapi mi pakai
rawit. Ada potensi-potensi lagi, kita bisa naikkan. Awalnya minimum 2 juta, kita ajukan jadi 3 juta, karena masing-masing Founder bisa nge-save.
Jadi tiba-tiba bisnis jatuh, kita bisa keluarkan konsep bootstrap lagi,” jelasnya.
Co Founder Platform Usaha Sosial (PLUS), Augustine Merriska
melengkapi, selain melihat tingkat dan kondisi perusahaan, nominal gaji yang
pantas, intinya juga sejauh mana para founder mau berkorban.
Komentar
Posting Komentar