Featured Post

Berapakah Founder Menggaji Dirinya Sendiri?


Social Enterprise atau Socio Entrepreneur adalah usaha atau orang-orang yang aktif  melibatkan komunitas yang mengupayakan dampak solutif bagi persoalan masyarakat sekaligus meraih pendapatan. 

Ditabung Demi Kelangsungan

Sebagai pendiri dari jenis usaha yang kental aspek sosial ini, berapakah para founder menggaji diri mereka sendiri? Pertanyaan ini muncul dalam diskusi panel “Introduction to Social Entrepreneurship: Can We Create Impact and Money at Same Time?”, EV Hive The Maja, Jakarta (23/3/17).


CMO kitabisa, Vikra Ijas mengungkapkan, pahami dulu tingkat usahanya, gajilah diri kita cukup untuk kita bisa fokus menjalankan bisnis

“Ketahui your stage, misal baru seed stage, sebelumnya kerja di management consulting, gue mau rate-nya sama, tidak mau tahu. Ya, tidak bisa seperti itu. Kalau bisnis masih kecil lalu kita mau salary gendut, tidak appropriate. At least, enough so you can focus on your business, dan tidak khawatir makan mi tiap hari. Tidak harus segitunya,” imbuhnya.

Lebih bagus lagi kalau kita bisa alokasikan dari sumber lain, lanjut Vikra

“Inti seorang Founder ya fokus. Yang kita punya adalah waktu. Kalau pedagang tulen modelnya, profit  langsung dibagi dividen, kalau yang bisa profit dari depan. Kalau kitabisa and most market place tidak bisa. Kita memang harus mengalokasikan certain salary, cek di kerja.com, yang layak berapa. Allocate certain resource so you can focus,” jelasnya.



Senada dengan Vikra, CEO Temoo, Maral Dipodiputro menguatkan, Lihat perkembangan perusahaan dan ambillah gaji secukupnya. Kalau pun harus naik, alokasikan sebagian untuk tabungan berjaga jikalau kondisi memaksakan perusahaan kembali bootstrap.  

“Waktu awal Temoo, income kita jauh lebih kecil dibanding employee kita. Dan itu normal, yang penting kita bisa hidup dan jalan. As we grow, bisa kita naikkan. Makannya tidak harus mi tapi mi pakai rawit. Ada potensi-potensi lagi, kita bisa naikkan. Awalnya minimum 2 juta, kita ajukan jadi 3 juta, karena masing-masing Founder bisa nge-save. Jadi tiba-tiba bisnis jatuh, kita bisa keluarkan konsep bootstrap lagi,” jelasnya.   

Co Founder Platform Usaha Sosial (PLUS), Augustine Merriska melengkapi, selain melihat tingkat dan kondisi perusahaan, nominal gaji yang pantas, intinya juga sejauh mana para founder mau berkorban. 

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect