|
Spider-Man: Homecoming' [Credit: Marvel Studios] |
Sukses mencuri perhatian di Captain America: Civil
War, akhirnya Spider-man punya film sendiri, dalam Marvel Cinematic Universe (MCU). Sudah seperti James Bond, pemeran si
kepala jaring kerap berganti.
Parade Teknologi Stark
Banyak meyakini bahwa versi kali inilah yang diharapkan paling kena di hati. Khususnya dari segi usia pemerannya Tom Holland (21 tahun Juni ini) dengan keahlian fleksibilitas gimnastik. Spider-Man: Homecoming Press Screening di XXI Gandaria City, nobar perdana bersama OPPO Indonesia, Selasa (4/7/17).
Sebelumnya,
trailer-trailer lama sudah dilepas, mengiming-imingi kita hingga menduga-duga
jalan cerita dari reboot kedua dari
franchise seri Spider-Man dan film keenam belas untuk seri MCU. Jelas hadir Tony Stark sebagai mentor Peter Parker dan aksi Iron-Man
yang bersanding dengan Spider-Man punya poin menarik yang ditunggu, juga kemunculan Vulture
yang tampak mengerikan, meski bukan musuh besar yang populer di kalangan para penggemar.
Entah kenapa
kok penulis masih melihat Ray Kroc di the Founder dalam Michael Keaton di Adrian
Toomes; licin dan revolusioner. Adrian yang bukan penjahat berkekuatan super
(hanya jeli memanfaatkan sumber energi super), bersama gerombolan mampu merepotkan si manusia laba-laba. Di sisi lain, saya malah sempat simpati kenapa doski bisa sampai berubah jadi burung nasar begitu. Tom
cukup baik menjalankan tugas menjadi Spider-Man abege; ramping, cempreng,
ramai, jenaka, panikan, dan kikuk.
Menarik
bagaimana sutradara Jon Watts juga secara berjamaah menulis naskah bareng Jonathan
Goldstein, John Francis Daley, Christopher Ford, Chris McKenna, dan Erik
Sommers, masih mempertahankan formula yang sama, misal muncul lagi adegan
khas dari film-film Spider-Man sebelumnya, dan gigitan-gigitan dilematis menjelang
akhir.
|
Spider-Man: Homecoming' [Credit: Marvel Studios] |
Meski dilihat
berdesakan di awal, porsi drama remaja lumayan kental, hingga ada bagian
yang penulis anggap penting malah tidak dikupas walau sedikit lagi saja, namun berupaya
diimbangi aksi-aksi menegangkan, dan ya, parade teknologi Tony yang
ditanam di kostum Spiderman besutannya. Kejeniusan Peter jadi kurang greget. Tapi
ya mau bagaimana, kalau ada Stark, Parker tahu dirilah. Belum waktumu, nak.
Ya belum
waktumu Peter, tingkatkan prestasimu, seperti yang tercatat di buku rapor sekolah. Semua itu bertahap, jangan memaksakan jika kau memang belum, teruslah mengasah dengan jam terbang dan gelayutan. Dan memang, kekuatan besar itu
satu paket dengan tanggungjawab yang besar. Kukira momen Spider-Man pulang
kampung ini merupakan fase pendewasaan Peter Parker. Jangan berpuas hanya
karena pernah direkrut Tony jadi tenaga lepas sampai bisa berhadap-hadapan dengan Captain America.
Berkesempatan
penulis menyaksikan perdana Homecoming sebelum dilempar ke khalayak ramai
ini merupakan budi baik OPPO Indonesia
yang kini tengah memasarkan ponsel pintar edisi terbatas, menggandeng Sony Pictures, yakni Oppo F3 Black edisi Spider-Man: Homecoming.
Komentar
Posting Komentar