Selain menemukan The Beach
(2000), Leonardo Di Caprio (Richard) juga mendapati persekutuan pelancong
radikal yang tidak rela surga dunia itu diketahui banyak orang. Mereka khawatir,
makin banyak yang datang, sisi natural pantai dan pesona pulau itu akan terkikis.
Ojek Ijen
Tapi itu hanya kisah fiksi yang diangkat dari novel Alex Garland dengan judul yang sama (1996). Faktanya, makin banyak yang tahu ada satu destinasi ciamik, tingkat ekonomi sekitar destinasi jadi naik. Berbagai fasilitas disediakan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Namun,
moderator Traveler Kaskus Ridho Mukti punya pandangan lain. Perlu riset mendalam sebelum memberi ‘nilai
lebih’ bagi suatu destinasi yang masih sangat natural. Salah-salah malah
merusak alam.
Simak penuturan pemilik id kaskus: -=delicious=- ini dalam Kopdar Kaskus Creator “Mengubah Hobi Jadi Profesi” Kaskus Playground, Menara Palma, Kuningan, Jakarta
(15/12/17).
Sesi
tanya jawab menjadi menarik ketika salah seorang kaskuser, Bonni memaparkan
soal destinasi Kawah Ijen di Bayuwangi. Warga yang tinggal di lereng Ijen
adalah penambang belerang. Satu keranjang mampu dipikul 65-75 kg. Harga jual belerang
awalnya hanya Rp 600,- per kilo. Sekarang naik sampai Rp 1.300,- pe rkilo.
Di
antara mereka ada yang menjadi tour
guide. Menemani orang trekking ke
atas lereng. Mereka juga menyediakan jasa menarik orang ke atas yang dikenal
sebutan taksi ijen. Ketika Ada turis bertubuh lumayan berbobot, butuh 3 orang
di depan dan satu orang mendorong dari belakang supaya gerobak tidak meluncur
ke bawah.
Ini
suatu hal yang miris menurut Bonni. Istilah dia; sebuah kejahatan visual.
Pertanyaannya; bagaimana para traveler blogger, bisa memanfaatkan potensi influence-nya menggapai brand agar memberi kemudahan bagi para pemandu ini.
“Bisakah kita gaet CSR perusahaan otomotif, motor trail mungkin, bisa untuk
naik. Travel bloger meyakinkan brand: you should do this. Ini akan sangat useful,” ujar Bonni.
Kendati
demikian, Bonni juga mengakui ada teman yang beranggapan beda. Justru biarkan
tetap tradisional dengan mendorong gerobak. Karena kalau diberikan motor, para
pemandu ini tidak akan berinteraksi dengan wisatawan. Mereka akan sibuk
mengendalikan motor.
Biarkan Mengalir
Ridho
menanggapi, pariwisata memang menawarkan pendapatan yang lebih menggiurkan.
Dari mulanya menambang banyak yang beralih menjadi pemandu.
“Pariwisata
menawarkan sesuatu yang lebih menggiurkan. Mereka penambang kemudian beralih
menjadi guide. Apakah harus
transportasi yang lebih mudah aksesnya? Belum tentu itu menjadi salahsatu
solusi yang baik untuk mereka,” jelasnya.
Ridho
melanjutkan, perlu studi yang mendalam mengenai apa yang dibutuhkan bagi suatu
destinasi. Petimbangan tidak semata demi kepentingan pariwista
“Untuk
bikin satu solusi memang riset mendalam. Sekarang di Ijen sedang dibangun
toilet, mushala, segala macam. Gosipnya akan jadi kereta gantung dari atas ke
bawah. Itu menjadi konflik. Ada yang pro dan kontra,” ungkapnya.
Pihak
yang mendukung melihat itu menjadi suatu perkembangan. Tersedia fasilitas yang
mengundang wisatawan berminat datangi. Makin banyak orang datang ke sana karena
kemudahan akses.
Dampaknya,
dari sisi pariwisata, perekenomian pun tumbuh. Namun di sisi lain, jika tidak
direncanakan secara matang dan dieksekusi dengan baik dan benar, akan
berpotensi merusak alam.
“Di
sisi lain ada yang kontra Itu merusak
alam karena risetnya tidak mendalam. Tiba-tiba dibangun tanpa ada sosialisasi. Nanti
penambang akan terusir dari situ, karena akan
dikelola swasta,” bebernya.
Ridho
menyontohkan destinasi Jayagiri di Bandung. Di sana ada bumi perkemahan hutan
cemara. Kemudian dibangun trek motor trail yang mengakibatkan jalanan menjadi
hancur.
“Kita
lihat di Jayagiri Bandung. Ada bumi perkemahan hutan cemara. Tapi menjadi trek
motor trail. Awalnya itu tempat bagus tapi hancur karena trek. Jalanannya benar-benar
hancur. Bukan apatis ya. Tapi biarkan ini mengalir saja. Mungkin ini yang
terbaik. Memang harus dikaji dulu,” pungkasnya.
Kopdar juga menghadirkan narasumber dari pencetus liburan keluarga ‘Family Goes to National Park’ Sukma Kurniawan dan Traveler juga Miss Scuba International 2011 Dayu Hatmanti.
Komentar
Posting Komentar