“Paling
simple punya passion mengajar. Mau empowering people di pedalaman. Tapi sebenarnya
di sekitar kita juga banyak. Kita bisa melatih diri kita dengan yang dekat-dekat
dulu. Bahkan mungkin di keluarga, di tetangga sebelah rumah, butuh diajar,” tandasnya.
“Ide di
kepala ingin mengajar di pedalaman. Di
mana saya punya impact kepada anak-anak. Kadang kita melihat passion sebagai
sesuatu yang jauh. Padahal sebenarnya yang kita jatuh cintai adalah prosesnya.
Bukan posisi, lokasi. Kecuali memang jatuh cinta sama lokasi,” bebernya.
Jadi ketika
kita cinta akan suatu profesi atau pekerjaan, kita akan selalu mencari jalan. Tidak
banyak beralasan. Karena medium, lokasi, dan perangkat lainnya bisa dari mana saja.
“Ketika kita jatuh cinta dengan proses, medium
dan lokasi bisa diklik dan dicari. Saya suka mendesain tapi saya tidak punya komputer.
Di kertas bisa. Passion intinya yang tetap bisa dijalani,” ujarnya.
“Bahkan
dengan pekerjaan yang kita jalani sekarang kita bisa memenemukannya. Bukan soal
apa yang tidak kita punya. Tapi dari apa yang kita punya,” jelasnya.
Jangan Asal Terjun
“Krusial
untuk dipunyai. Karena ketika kita menemukan kesulitan, kita cenderung lebih
kuat dan tetap ada di situ,” imbuhnya.
Jadi mencari,
mengejar, menemukan passion itu penting.
Namun tidak serta merta melupakan analisa dan hitungan matang. Kalau ingin
terjun, pastikan parasut terpasang dan berfungsi. Sebelum memutuskan menjadi freelancer,
David sudah menyiapkan tabungan lebih dulu.
“Waktu
memutuskan freelance, dari full time jadi
part timer, yang memengaruhi gaji, saya
sudah punya tabungan dulu. Saya sudah punya parasut, dan itu hal yang realistis,”
tuturnya.
Kita dari
awal bicara soal passion. Apa sih passion itu? Ternyata makna passion itu sengsara, sebut David yang menempuh S2 Ilmu Psikologi. Bahkan tesisnya mengenai hubungan kreatifitas dan passion.
David memaparkan lebih lanjut.
“Semua
orang bicara itu. keren banget. Ketika
mau kerja passion saya apa ya? Di
industri ini apa bukan? Karena penasaran dan sedang studi psikologi, menggali lebih
dalam tentang kreatifitas dan passion. Hasil temuan, kaitannya kita happy atau tidak,” ungkapnya.
Ternyata
David menemukan, inti passion ada 2 jenis. Ada yang harmonius dan ada yang
obsesif. Ketika obsesif, kita mengejar passion sampai melupakan
banyak aspek di kehidupan. Hal ini berujung pada ketidakbahagiaan.
Bekerja
dengan berorientasi pada hasil juga dianggap dapat mengganggu passion. Kita akan
ter-distracted dalam prosesnya. Bagaimana
dengan passion tipe harmonius?
“Yang
sehat adalah ketika kita passionate,
kita kerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Passion jadi semacam mesin untuk
kita terus bergerak walau bertemu tantangan,” jawab David.
Harmonis
adalah ketika tiba waktu meletakkan alat kerja. Kita bisa membagi waktu untuk
kebutuhan lain. Bersosialisasi, misalnya.
“Saya
sudah pulang. Seharusnya bisa switch off
untuk bergaul dengan teman-teman. Bukan lagi ngomongin desain sepanjang hari. Karena
ketika saya melakukan itu saya tidak harmoni. Menyebabkan ujungnya tidak bahagia
sama apa yang saya kerjakan,” imbuhnya.
Bincang
seputar geliat industri kreatif ini juga menghadirkan Rendy Haruman dari
Touchten Games, Primo Rizky dari Studio
Geometry, dan Nike Prima dari livingloving.net.
Komentar
Posting Komentar