Featured Post

Empowering Tak Mesti Ke Luar Pulau

industri kreatif

Ada sebagian orang yang passion-nya mengajar. Menemukan dirinya ketika memberdayakan masyarakat lokal di pedalaman. Ada juga yang tak mesti melintas pulau,  di sekitarnya pun ia bisa mengabdi. Dapat mencurahkan kecintaannya mengajar. 

Mulai Yang Kita Miliki

Demikian David Irianto dari Simpul Group ungkapkan dalam bincang  bertajuk “Industri Kreatif Untuk Generasi Muda, Festival Cerita Jakarta 2017 “Dream a Little Dream of You”, Perpusnas RI, Medan Merdeka, Jakarta (17/12/17).

“Paling simple punya passion mengajar. Mau empowering people di pedalaman. Tapi sebenarnya di sekitar kita juga banyak. Kita bisa melatih diri kita dengan yang dekat-dekat dulu. Bahkan mungkin di keluarga, di tetangga sebelah rumah, butuh diajar,” tandasnya. 

Karena pada intinya, passion itu adalah ketika kita jatuh cinta akan prosesnya, bukan pada posisi atau lokasi.

“Ide di kepala ingin mengajar di pedalaman. Di mana saya punya impact kepada anak-anak. Kadang kita melihat passion sebagai sesuatu yang jauh. Padahal sebenarnya yang kita jatuh cintai adalah prosesnya. Bukan posisi, lokasi. Kecuali memang jatuh cinta sama lokasi,” bebernya.  

Jadi ketika kita cinta akan suatu profesi atau pekerjaan, kita akan selalu mencari jalan. Tidak banyak beralasan. Karena medium, lokasi, dan perangkat lainnya bisa dari mana saja.

“Ketika kita jatuh cinta dengan proses, medium dan lokasi bisa diklik dan dicari. Saya suka mendesain tapi saya tidak punya komputer. Di kertas bisa. Passion intinya yang tetap bisa dijalani,” ujarnya.    

Banyak orang keluar dari pekerjaan demi mengejar passion. Padahal tidak semudah  itu, sebut David. Bicara passion seringkali kita berpikir sesuatu yang spektakuler, berdampak besar, panggung yang gemerlap. Padahal dari pekerjaan yang kita jalani saat ini pun sebenarnya kita bisa mencecap kecintaan

“Bahkan dengan pekerjaan yang kita jalani sekarang kita bisa memenemukannya. Bukan soal apa yang tidak kita punya. Tapi dari apa yang kita punya,” jelasnya.


Jangan Asal Terjun

David juga mengakui, passion memang penting dimiliki agar kita gigih dan konsisten.

“Krusial untuk dipunyai. Karena ketika kita menemukan kesulitan, kita cenderung lebih kuat dan tetap ada di situ,” imbuhnya.

Jadi mencari, mengejar, menemukan  passion itu penting. Namun tidak serta merta melupakan analisa dan hitungan matang. Kalau ingin terjun, pastikan parasut terpasang dan berfungsi. Sebelum memutuskan menjadi freelancer, David sudah menyiapkan tabungan lebih dulu.

“Waktu memutuskan freelance, dari full time jadi part timer, yang memengaruhi gaji, saya sudah punya tabungan dulu. Saya sudah punya parasut, dan itu hal yang realistis,” tuturnya.  

Kita dari awal bicara soal passion. Apa sih passion itu? Ternyata makna passion itu sengsara, sebut David yang menempuh S2 Ilmu Psikologi. Bahkan tesisnya mengenai hubungan kreatifitas dan passion. David memaparkan lebih lanjut.

“Semua orang bicara itu. keren banget. Ketika mau kerja passion saya apa ya? Di industri ini apa bukan? Karena penasaran dan sedang studi psikologi, menggali lebih dalam tentang kreatifitas dan passion. Hasil temuan, kaitannya kita happy atau tidak,” ungkapnya. 

Ternyata David menemukan, inti passion ada 2 jenis. Ada yang harmonius dan ada yang obsesif. Ketika obsesif, kita mengejar passion sampai melupakan banyak aspek di kehidupan. Hal ini berujung pada ketidakbahagiaan.

Bekerja dengan berorientasi pada hasil juga dianggap dapat mengganggu passion. Kita akan ter-distracted dalam prosesnya. Bagaimana dengan passion tipe harmonius?

“Yang sehat adalah ketika kita passionate, kita kerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Passion jadi semacam mesin untuk kita terus bergerak walau bertemu tantangan,” jawab David.  

Harmonis adalah ketika tiba waktu meletakkan alat kerja. Kita bisa membagi waktu untuk kebutuhan lain. Bersosialisasi, misalnya.

“Saya sudah pulang. Seharusnya bisa switch off untuk bergaul dengan teman-teman. Bukan lagi ngomongin desain sepanjang hari. Karena ketika saya melakukan itu saya tidak harmoni. Menyebabkan ujungnya tidak bahagia sama apa yang saya kerjakan,” imbuhnya.

Bincang seputar geliat industri kreatif ini juga menghadirkan Rendy Haruman dari Touchten Games, Primo Rizky dari Studio Geometry, dan Nike Prima dari livingloving.net.  

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect