Energi baru terbarukan adalah keharusan, bukan suatu
pilihan. Namun upaya mengembangkannya juga harus sungguh lewat hitungan yang matang. Jangan sampai
ongkos produksi lebih tinggi daripada jumlah daya yang dihasilkan, misalnya.
Kembali ke Alam
Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar menyampaikan dalam BukaTalks “Ketahanan Energi yang Berkelanjutan di Indonesia”, Bukalapak, Plaza City View, Kemang, Jakarta (30/11/17).
“Renewable
energy is a must bukan lagi choice. Karena
bumi kita makin lama makin tua,” imbuhnya.
Namun perlu
diingat juga kita masih bergantung pada energi fosil. Sudah lepaskah kita darinya?
“Pertanyaan
saya balik; Apakah kita masih membutuhkan energi fosil? Pengembangan renewable energy kita tetap jalan. Karena
23% energy mix kita harus berasal
dari renewable energy pada 2025. Ini
komitmen Pemerintah. Pak Presiden sudah menandatangani Cop 21 di
Paris,” jelasnya.
Hampir
semua benda di sekeliling kita berasal dari energi fosil. Petrochemical
khususnya. Yakni produk turunan hasil dari minyak bumi.
“Hampir
semua yang kita pakai hari ini, yang berada dekat kita berasal dari fosil. Renewable energy mampu mengganti bahan baju?
Komponen mikrofon, petrochemical-nya berapa persen?” tanya Pak Wamen.
Ini suatu
tantangan, lanjut Lulusan S1 Teknik Mesin ITB. Mungkin suatu saat kita akan
kembali ke alam dan mengganti produk-produk petrochemical.
“Ini tantangan kita semua, kembali ke alam.
Mungki nanti bahan-bahan petrochemical
tidak ada lagi. Kita kembali kepada alam. Tapi sampai saat ini kita masih butuh
petroleum product,” bebernya.
Cita-cita
kita ingin menyelamatkan bumi, lanjut Pak Wamen. Ini komitmen kita bersama. Tapi
saat ini masih merentang kajian panjang soal energi terbarukan. Mobil listrik
salah satunya.
“Dengan
electric car, BBM akan subside, makin lama makin mengecil digantikan
elektrik. Tapi komponen yang di dalam semua dari mana? Petrochemical. Sampai suatu
saat nanti ada teknologi yang mengolah daun jadi dashboard. Atau kulit kayu
menjadi stir. Tapi ini kan ada gap,” jelas
Lulusan S2 Texas A&M University Amerika Serikat.
Berbagai Pertimbangan
Untuk itu
Wamen Archandra mengajak anak-anak muda untuk konsisten menyelamatkan dunia. Terus berinovasi dalam teknologi di bidang energi. Namun perlu juga mempertimbangkan hal seperti skala keekonomian, suku bunga, hingga ketersediaan lahan, agar pembangunan energi terbarukan itu efektif dan efisien.
Nawacita
Presiden Jokowi menyebutkan soal membangun daerah terpinggir. Maka kita perlu listrik.
Listrik untuk pulau-pulau terpencil membutuhkan 5-10 mega watt. Namun berdasarkan
skala ekonomi, lebih murah kapasitas 100 mega watt. Kemungkinan besar mengunakan
pembangkit listrik tenaga diesel. Tapi berkonsumsi bahan bakar tinggi
“SFC (specific fuel consumption-red) bisa di
atas 20 liter kilo watt per hour. Ada tidak teknologi yang bisa lebih rendah
dari itu?” tanya mantan Menteri ESDM.
Bisakah
dengan Solar PV (photovoltaic)? Pembangkit tenaga listrik dengan mengubah
radiasi matahari menjadi listrik.
“Tunggu
dulu. Solar PV hanya bisa siang hari. Kalau sudah malam pakai baterai. Jadi mahal lagi. Kita mau bikin
solar PV seribu mega watt di DKI. Berapa hektar lahan yang dibutuhkan? Ada tidak
for free? ” tanyanya lagi.
Pembangkit
listrik tenaga bayu (PLTB), lanjutnya, belum tentu anginnya cukup dikembangkan secara
ekonomi. Masih ada lagi. Kita punya potensi
gelombang laut.
“Kita
punya ombak. Potensi mengatakan energi ombak
kita sekian giga watt. Ada yang menghitung potensi, bukan cadangan. Perlu kita
cermati,” katanya.
Petimbangan
berikutnya adalah suku bunga bank.
Kalau di
negara lain, interest rate bisa 2-3%.
Local bank kita 10-11%. Kalau rate of return sebuah project 13-14%, spread-nya 3-4%, mau tidak? tanya Wamen kembali.
Terakhir,
Pak Wamen yakin, dalam upaya kita memperjuangkan energi baru terbarukan ini, akan
datang masa di mana ditemukan baterai tahan lama sebagai storage.
“Ini persoalan-persoalan. Ini real.
Sampai suatu saat nanti siapa yang menemukan teknologi baterai tahan lama yang bisa menjadiikan renewable energy sebagai base load, Ini tantangan kita,” pungkasnya.
Hadir
narasumber Bukalapak Bukatalks, CEO dan Founder PT Tinamitra Mandiri Shana Fatina dengan
presentasi “Energi Ramah Lingkungan untuk Masyarakat Pedalaman”. Juga tampil
pembicara lainnya, Project Development Director PT Akuo Eenergy Refi Kurnaefi
membawakan paparan “Energi Alternatif Berbasis Pemberdayaan Masyarakat”.
Komentar
Posting Komentar