Aturan beriklan rokok, salahsatunya, tidak boleh
ada wujud rokok dalam konten iklan. Sejak itu, biro iklan jadi kreatif membuat konten yang tidak berhubungan (langsung) dengan produknya.
Iklan yang Dinanti
Misal, konten iklan rokok tapi menonjolkan petualangan, pesona alam, interaksi sosial, permainan kata-kata dan humor.
Ternyata memang tren pariwara juga bergeser dari hard selling ke story selling. Content Creator Eno Bening ungkapkan dalam Ninja OASIS: "Trik Bikin Konten Sosmed, Buat Ningkatin Omset" , 28 April 2018, Hoshino Tea Time, Jakarta.
Dalam ajang
kumpul antar penjual daring, Eno membagi update soal bagaimana konten komersial dieksekusi hari ini. Kita
sama akui, Iklan adalah sesuatu yang dihindari. Begitu muncul, kita langsung ganti kanal televisi. Ia spontan kita skip kala pop up menutupi layar situs
internet.
Namun kasusnya
berbeda dalam perhelatan Super Bowl, Eno sebutkan. Super Bowl Sunday merupakan ajang pertandingan final
sepak bola Amerika yang berlangsung di
akhir musim pertandingan National Football League (NFL) Amerika Serikat.
Selain
ingin menyaksikan dua finalis tim berlaga, para penonton juga menanti iklan-iklannya. Tak hanya oleh penggemar,
iklan juga ditunggu mereka yang bukan football
fans. Karena iklan Super Bowl terkenal menampilkan selebritis, artis, dan public figure.
Ya,
iklan tapi dinanti-nanti. Pariwara belum tayang tapi sudah jadi obrolan publik. Mereka bertanya-tanya; akan sekeren apa iklan edisi Super Bowl tahun ini?
“Dalam
Super Bowl, mereka sangat ingin menonton iklan. Mereka menanti. Brand mana yang iklannya
sekarang paling oke. Mereka ingin tahu, iklan yang akan tayang bagus, seru,
atau tidak,” imbuh Eno.
Tarif
iklan Super Bowl super mahal, yakni 5 juta dolar atau setara 67 milyar rupiah (kurs 1 dolar = 10 ribu rupiah).
Tapi perusahaan rela merogoh kocek jutaan dolar demi satu advertisement berdurasi hanya 30 detik.
Alih-alih menghindari, kita malah mendatangi. Bukannya dilewati, ia malah dinanti. Jika kita amati, iklan-iklan bertarif selangit itu memiliki satu
benang merah.
Ternyata
perkembangan dunia iklan bergeser dari hard selling. Ads kini lebih menonjolkan visi
dan misi, nilai, semangat, serta filosofi sebuah perusahaan. Iklan dikemas hingga hinggap
dalam memori bawah sadar konsumen untuk tertarik lebih dulu.
“Yang dijual
iklan tidak lagi kualitas. Tidak lagi barang tapi nilai yang dipegang perusahaan.
Yang dibeli konsumen bukan lagi karena barang bagus, tapi karena keren,” tandas
Eno.
Eno
contohkan sebuah iklan Super Bowl 2018 yang menurutnya bagus. Yakni ad mobil yang menggambarkan persahabatan antar pemeluk agama. Mereka dipersatukan
dalam kesamaan hobi yakni menonton football.
Iklan tersebut tidak memamerkan product knowledge, informasi keunggulan
mesin atau elegan fitur interior. Ia hanya menggambarkan semangat pluralitas, nilai keberagaman
yang diusung perusahaan.
Jadi, genggam
benak konsumen dengan konten-konten yang memorable,
humanis, dan melekat di ingatan. Buatlah mereka takjub dan terkesima lebih dulu.
Apakah tren ini di tanah air sudah ada?
“Apakah
indonesia sudah sampai tahap tersebut? Sudah. Hanya mungkin kita belum ikutan. Masih
pakai cara klasik. Masih ikut spam di
komen orang,” tukasnya.
Maka Eno
mengajak para peserta, pegiat UKM dan penjual, untuk lebih kreatif membuat konten. Iklan tidak sekadar menampilkan kualitas produk atau layanan. Mulailah berpikir melampaui hal tersebut. Mari buat iklan yang menyenangkan viewer ingin klik lagi.
Ninja OASIS (Obrolan Asyik Seputar Bisnis) by Ninja Xpress
merupakan diskusi inovatif para online seller. Diskusi
menghadirkan narasumber yang berbagi pengalaman sukses. Hadir juga Head
of Community at BukaLapak Muhammad Fikri.
Komentar
Posting Komentar