|
foto: Kiki Handriyani (facebook) |
Jika ada karya yang menggedor rasa
nasionalisme, buku “Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta”, salahsatunya. Buku yang menguak tabir praktek
licin bisnis di Jakarta International Container Terminal (JICT) berindikasi kerugian negara trilyunan rupiah.
Bertempat di Sanggar Maos Tradisi, Sleman Yogyakarta (15/8/18), buku ini dibedah langsung sang penulis Ahmad Khoirul Fata bersama narasumber-narasumber kompeten yakni Ketua Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia Nova Sofyan Hakim, Dosen Lembahanas Aris Arif Mundayat, dan Sosiolog UGM Ari Sujito.
Buku
ini menjelaskan secara kronologis perjuangan anak bangsa di Tanjung Priok. Jejak
kegigihan Serikat Pekerja JICT menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di gerbang ekonomi nasional. Proses perpanjangan kontrak kerjasama
untuk kedua kali antara JICT dengan Perusahaan asal Hongkong Hutchison Port
dianggap melabrak aturan-aturan yang berlaku di negara kita.
Proses
perpanjangan kontrak melibatkan Pemerintah dan Tokoh lintas negara. Melinatkan
antara lain Menteri BUMN, Petinggi Hutchison Hongkong, Bankir Deutcge Bank,
Rotchchild, Direksi Pelindo II, dan Pengusaha Nasional.
Berangkat
dari rasa cinta tanah air, SP JICT berjuang mengangkat isu tersebut hingga
berhasil mendorong DPR membentuk Panitia Khusus Angket DPR tentang Pelindo II.
Berbagai kerurigaan atas kejanggaan mulai beralasn ketika satu persatu fakta
terkuak dari laporan Badan Pemeriska Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang
diutus Pansus menyediki alu dan proses perpanjangan kontak tersebut.
Laporan-laporan
valid BPK inilah yang menjadi salahsatu penguat buku yang proses penyusunannya menghabiskan waktu satu bulan. Bersama satu penulis lainnya, Bung Ahmad memadukan dokumen dan data
yang memang cukup lengkap dikumpulkan secara telaten oleh Serikat Pekerja JICT(SP JICT).
Dalam
sambutan, Bung Firman dari perwakilan SP JICT menegaskan, SP JICT bukan anti
investasi asing. SP JICT berupaya senantiasa menjaga praktek bisnis yang adil
bagi kedua belah pihak yang bekerjasama. Jangan sampai ada satu pihak yang
terzalimi akibat isi kontrak yang merugikan hingga berisiko pengambilalihan
aset strategis.
Jelas, perjuangan SP JICT selama ini sesuai dengan amanat nawacita Sembilan program yang dijalankan Presiden Joko Widodo bersama Wapres Jusuf Kalla. Sembilan agenda prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Komentar
Posting Komentar