Featured Post

SI DOEL THE MOVIE Jadi Obat Kangen Fans


si doel the movie
foto: Maria Margaretha

Sinetron bagus di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”, salahsatunya. Tahun ini jadi obat kerinduan fans. Si Doel the Movie sudah diputar di bioskop sejak 2 Agustus lalu. Penulis berkesempatan menonton bersama blogger dan komunitas, difasilitasi pengusaha Sandec Sahetapy di XXI Senayan City, Jakarta ( 5/8/18).     

Mandra Butuh Tektok

Keluarga Indonesia selalu menanti dan menonton tuntas serial si Doel . Namun kisah yang hadir hingga 6 musim itu berhenti tayang. Para penggemar kehilangan, secara harfiah. Satu-persatu pemeran utamanya dipanggil pulang. Film layar lebar pertamanya bisa jadi penyampung kabar bagi yang penasaran kelanjutan.

Satu hal yang unik dari Si Doel ini adalah kita tidak menganggap sedang menonton suguhan seni peran. Tapi kita sedang bertandang ke rumah tetangga sebelah. Tetangga yang membuka pintu selebarnya untuk kita bisa ketahui cerita di tiap sudut rumah tuk dipetik hikmah.

Kita menikmati kualitas tiap pemeran yang berinteraksi satu sama lain. Babeh Sabeni dan Mak Nyak, Doel, Atun, Mandra, Engkong, Mas Karyo, Zaenab, Sarah dan Hans. Belum lagi menyebut pemeran lain yang meski lepasan (kadang muncul, sering tidak) tapi mempererat jalinan kisah sarat nilai kekeluargaan ini.

Jadi ,misal, bila kita sedang menyaksikan Babeh Sabeni berdebat dengan Mak Nyak dan si Doel di sampingnya, sebenarnya kita sedang bercermin. Saat berkelakar, Babeh kadang konyol namun tak jarang juga getir. Kekuatan memang berpusat, meski tidak selalu, ada di Benyamin Sueb. Selalu bisa tektok dengan semua pemeran. terutama dengan Mandra.


nonton bareg si doel the movie
foto: Maria Margaretha


Hal tersebut yang menyolok penulis lihat di Si Doel The Movie. Mandra tampak berjuang mencari teman tektok. Meski sempat ditanggap Atun dan Hans. Namun tidak maksimal. Belum lagi menyebut kisah cinta segitiga Doel-Zaenab-Sarah yang makin rumit dibuat. Si Doel tampak kian meragu saja di film ini. Seperti roller coaster, emosi penonton diajak naik turun bergantian.  Sedih, gembira, tertawa.        

Yang penulis harus acungi jempol adalah akting Aminah Cendrakasih yang begitu natural dan membawa penonton lebih dalam lagi. Meski di luar layar beliau memang sedang sakit tapi masih mampu menyuguhkan akting kelas atas. Profesionalisme yang dijunjung seniman-seniman tempaan tempo dulu membuahkan respek dari para penonton.

Film ini memang menjadi jawaban rindu semua fans. Kita jadi tahu perkembangan terbaru dari tetangga sebelah rumah. Kita melepas rasa kangen dengan menengok kabar tiap pemerannya. Mereka tetap ada, hanya kita saja yang pindah. Jadi kita silaturahim sekali lagi. Satu persatu memang harus pergi. Namun hidup terus berjalan.    

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect