Bagi saya, pemilihan lokasi mengetik jadi pemicu
inspirasi menulis. Entahlah kalau Mas Anang. Tantangan muncul ketika baterai laptop mulai
kritis, dan colokan jauh dari jangkauan tempat mengetik.
Baterai Awet ASUS
Padahal energi kreatif sedang memancar. Lagi nanggung. Terpaksa konsentrasi buyar, repot cari sumber penyambung daya. Beginilah kisah saya, tuan dan puan.
Saya
sedang pelajari cara bertutur stream of
conciousness (arus kesadaran) ala pelopor Beat Generation Jack Kerouac (1922-1969). Saat mengetik, alih-alih
menggunakan kertas lembaran, Jack Kerouac menggunakan gulungan kertas panjang (scrolls) dari kertas-kertas yang diselotip satu sama lain. Cara ini memungkinkan dia terus mengetik tanpa gangguan harus mengganti kertas. Semua curahan tumpah seperti yang dia aplikasikan dalam On the Road. Kita membaca catatan harian kelana muda yang bergejolak meletup-letup.
Tips dari Jack Kerouac efektif menjaga suasana hati, memelihara gelora, merawat kesadaran,
menunggang arus, terus mengetik kata demi kata menjadi kalimat yang mengalir. Ide
dan gagasan yang tereksekusi lancar. Begitulah dinamik mengetik di atas gulungan kertas panjang. Kalau
ada kata atau kalimat yang dianggap kurang, dia hanya sejenak berhenti. Lanjut lagi. Perbaiki dan edit nanti.
Karena, inspirasi yang sekelebat datang harus dikemas tuntas. Sebab, imajinasi yang beterbangan
di udara mesti diikat segera. Jangan sampai satu pun lolos. Ketik semua. Konsentrasi penuh. Jangan sampai alur sedang menjadi, lagi mendalam, giat memanjat, jadi tertunda bahkan berpotensi batal memuncak gegara
harus mencari colokan listrik.
Zaman dulu, gulungan kertas mungkin bisa jadi tips menulis produktif di mesin tik. Sedangkan, yang dibutuhkan penulis zaman now adalah laptop berbaterai awet. Perangkat yang bermanfaat saat kita sedang semangat, posisi duduk enak, dan persentase baterai masih banyak. Tidak perlu berhenti kalau sontak listrik padam, karena cahaya kreatif tetap menyala. Kita bisa leluasa berpindah tempat mengetik, meski tidak berada dekat sumber listrik.
Nah, ASUS, salahsatu produsen komputer jinjing kenamaan ini baru
keluarkan seri X555. Seri ini memiliki baterai jenis Li-Polimer dengan ketahanan
sampai 2.5 kali lebih kuat dibanding baterai Li-Ion silinder. Yang keren lagi, setelah
diisi ulang hingga ratusan kali, baterai tetap dapat menyimpan sampai 80% dari
original kapasitasnya.
Dalam standby mode, baterai mampu bertahan selama 2 minggu. Satu lagi yang tak kalah penting, ASUS X Series tahu apa yang harus dilakukan ketika daya baterai turun mencapai di bawah 5%. Laptop ini otomatis menyimpan data terakhir yang kita ketik. Jadi tak perlu khawatir akan kehilangan data.
Tapi
tantangan lain mengemuka. Biasanya laptop mudah panas seiring kinerja meninggi.
No problemo. Sudah dipikirkan ASUS dengan Teknologi ASUS IceCool yang berdesain internal unik. Ketika mengetik, permukaan sekitar keypad tetap dingin, karena letak komponen penghasil panas jauh dari posisi telapak tangan.
Laptop ASUS juga dirancang mampu mengatasi masalah terkait panas di bagian bawah notebook pada umumnya. Temperatur
notebook terjaga di antara 28 derajat
sampai 35 derajat. Sedangkan suhu normal manusia di kisaran 36 sampai 37 derajat. Berarti, panas yang dihasilkan laptop lebih rendah dari
temperatur tubuh manusia. Perpaduan yang ciamik, ya, baterai awet dan perangkat adem untuk hidup yang tentrem.
Audio ASUS Topang Transkriptor
Ada
satu lagi pertimbangan dalam memilih laptop. Ia punya fitur yang menunjang profesi penggunanya. Dalam hal ini pekerjaan saya sebagai transkriptor. Fitur utama yang diperhatikan adalah kualitas audio. Hari- hari kerja saya diisi dengan berkutat
di depan layar laptop, mengolah berkas-berkas suara menjadi teks, untuk nanti disajikan
dalam berbagai bunga rampai.
Saya bertanggungjawab untuk segala audio file termasuk
rekaman rapat, diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion), dan wawancara. Tak sebatas mengubah
suara menjadi teks, saya juga menjadi editor hasil-hasil transkrip menjadi prosiding agar enak dibaca dan perlu.
Demi
mendukung kinerja, saya menggunakan penyuara jemala (headphone)
agar dapat menyimak lebih baik suara sumber. Namun tantangan muncul ketika banyak
distorsi, noise, menghinggapi suara
sasaran. Belum lagi kualitas audio bawaan laptop yang alakadarnya. Wah, kerja
saya mentranskrip lumayan terganggu. Potensi salah ketik akibat salah dengar pun sudah membayang di kepala. Apalagi jika tiba harus mentranskrip bahasa asing.
Pasalnya, sebagian besar notebook memiliki pengeras suara onboard bertenaga kurang maksimal, di mana kualitas
suara yang dihasilkan hanya berasal dari satu sumber. Satu sumber maksudnya kita pasrah saja dengan setelan standar audio di sistem operasional. Tidak ada pilihan. Apa
jadinya kalau kita hanya mendengar dari satu sumber?
Ternyata
kebutuhan ini juga diperhatikan ASUS dengan kehadiran ASUS SonicMaster dan ASUS
AudioWizard. Dua kekuatan yang menopang kualitas suara dari berbagai sumber. Dua teknologi mutakhir ini menyatu dalam X Series' omni directional
audio. Omni directional audio adalah performa audio yang mampu menyebar dan berjangkauan luas. Menurut saya, teknologi ini bisa membantu menyajikan suara yang
lebih bulat berimbang baik di posisi kiri maupun kanan headphone.
Bagaimana fitur apik ini bisa tersedia? ASUS punya tim beranggotakan
para pakar yang khusus menangani audio. A group
of remarkable people, see if they could become something more... *intonasi
suara Nick Fury*.
Namanya 'ASUS Golden Ear Team' yang bertugas mewujudkan audio terbaik
untuk ASUS. Layaknya pembuat alat musik kayu yang menyiapkan bahan baku nomor satu. Seperti pengrajin cello yang mengukir-bentuk instrumen secara telaten hingga menghasilkan suara nan elok.
Tim ASUS membesut SonicMaster yang memadukan hardware, software, dan proses tuning hingga memberikan suara
jernih untuk notebook ASUS X series. Mau pakai speaker atau headphone, kita
bisa nikmati kualitas audio yang lebih luas dan rinci.
Ada apa dalam
Teknologi SonicMaster? Ada Code professional yang memastikan ketepatan performa
audio, amplifier yang dioptimalisasi hingga volume suara jadi lebih besar. Tidak
hanya itu, speaker dan ruang
resonansi yang lebih besar berikan keluaran audio yang lebih kuat dan bass yang lebih dalam.
Tambahan
proses pengiriman signal membantu proses tuning
hardware, menyaring kebisingan (nah ini, masalah teratasi), dan meningkatkan kejernihan
audio. Pendek kata, suara terdengar sebagaimana harusnya terdengar. Seperti seharusnya. Memanjakan indera aural.
Asyik, nih. Dengan suara sumber yang terdengar lebih jernih, proses mentranskripsi jadi lebih cepat. Kerja mengonversi audio ke teks pun makin produktif. Dengan kualitas audio yang bagus, berkas suara berdurasi satu setengah jam plus edit dan penyelarasan bisa selesai dalam sehari. Antrian audio file tak makin panjang, dan bahan penyusunan buku laporan bisa lebih cepat masuk pencetakan.
Oh, iya, SonicMaster punya pasangan setia yakni sebuah peranti lunak dengan
5 pre-set audio, namanya AudioWizard. Kita dapat menikmati suara yang lebih
hidup baik di musik, film, maupun games. Pilihan utama saya jelas setelan recording mode atau speech mode. Tampilan antarmuka pun user-friendly,
kita bisa optimalisasi dengan hanya sekali sentuh sesuai keinginan.
ASUS Home Entertainment
Lalu bagaimana
jika mendadak kita buntu? Rangkaian gagasan tetiba putus di tengah jalan.
Sementara tenggat sudah di depan mata. Tulisan harus selesai. Bagaimana
dong? Yuk, kita cari inspirasi dari Home Entertainment ASUS X Series.
ASUS punya satu lagi tim khusus, yakni ASUS Golden Eye Team. Tim ini menciptakan Likelike Colors with ASUS Splendid Technology untuk warna dan suhu warna yang akurat.
Pengalaman menonton film atau video inspiratif dan konten tutorial jadi lebih seru dan realistik. Apalagi proses kerja dipacu prosesor AMD®Quadcore A10 untuk performa yang halus dan responsif.
Dengan performa
prima, grafis bagus, dan memory
controller yang canggih di bagian dalam, membuat X555 ideal untuk kebutuhan
komputerisasi. ASUS X555 jadi memudahkan kita menyelesaikan pekerjaan lewat performa
multifungsi. Berjodoh dengan para pembuat konten yang kerap dituntut ritme kerja cepat dan multitugas.
Jika
ponsel pintar sering disebut komputer saku, kenapa notebook juga tidak dianggap
sebaliknya? ASUS X Series memiliki fitur 2-second instant resume. Fitur
ini memungkinkan kita dapat berpindah
dari sleep mode dan langsung bisa mengakses internet atau dalam sekejap masuk
ke dokumen kerja. Performa yang cepat ini membuat respon X555 layaknya smartphone. Kinerja yang
memungkinkan aktivitas kerja dan bermain tersedia dalam satu perangkat. Work
hard, play harder, bekerja diwarnai bermain dan hiburan agar seimbang hidup ya,
guys.
Kabar baiknya lagi, meski berfitur kelas premium, ASUS X555 dibandroli harga kompetitif. Varian
ASUS X555 Series termasuk tipe X555QG (AMD A10-9620P APU, AMD Radeon R5, 8GB
DDR4, 1TB HDD) dan X555QA (AMD A10-9620p, 4GB, 1TB, Win10). Tertarik menelusuri lebih lanjut? Cek
Toko daring kesayanganmu, ASUS X555 juga dijual di Tokopedia dengan harga dan diskon khusus.
Komentar
Posting Komentar