Dalam Sapiens – A Brief History of
Humankind (2011), Yuval Noah Harari menyiratkan pengaruh tindakan domestikasi
terhadap tumbuhan dan hewan liar . Perilaku ini mengubah ekosistem yang tadinya
berjalan alamiah, dibawa pulang sebagian dan menjadi sepenuhnya tanggungjawab manusia.
Keragaman hayati (biodiversity) mampu menjaga keberlangsungannya sendiri hingga
datang campurtangan anak cucu adam.
Literasi Dalam Keragaman
Dalam
tatanan kehidupan, manusia juga memiliki keragaman yakni keragaman budaya (cultural diversity). Berbeda dengan
keragaman hayati yang sudah saling berinteraksi harmonis dan solid, keragaman
budaya butuh pengelolaan dan pemeliharaan sebagai ikhtiar bersama para penduduk
bumi.
Biodiversity
di hutan bisa didiamkan saja dan sustainable
ratusan bahkan jutaan tahun. Sedangkan cultural
diversity tidak bisa didiamkan begitu saja. Kita perlu menciptakan bersama,
satu kesatuan ekosistem yang solid dan harmonis, serta saling menghargai.
Indonesia
dikenal dunia sebagai salahsatu negara yang mempunyai tingkat peorbedaan suku,
budaya, dan bahasa tertinggi. Indonesia memiliki 16.056 pulau pada 2017 (Buku
Statistik Indonesia 2018). Hingga saat ini, Badan Bahasa baru mengidentifikasi 668 bahasa dari 2.468 daerah
di Indonesia (Media Indonesia, Feb 2019).
Maka
tugas merawat keragaman budaya, bagi Indonesia menjadi upaya yang sangat
sungguh-sungguh melibatkan berbagai elemen bangsa, khususnya para pegiat di
dunia literasi. Guna menjaga persatuan dalam kebergaman ini, perlu tingkat
literasi yang baik.
Hal
tersebut juga menjadi kegelisahan salahsatu penerbit terkemuka tanah air,
Gramedia bersama Perpustakaan Nasional RI menggelar Gramedia Writers and
Readers Forum. Forum bertemu,
berinteraksi, diskusi dan berbagi antara penulis dan pembaca ini digelar pada Jumat sampai dengan Ahad, 02-04 Agustus
2019 di Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Medan Merdeka
eatan No. 11, Jakarta Pusat.
Forum
yang kali kedua diselenggarakan Gramedia bersama Perpusnas RI ini mengusung
tema “Literacy in Diversity”. Kata kunci ini bergayung sambut dengan ikhtiar
merawat keberagaman budaya lewat perayaan literasi sebagai ajang anak bangsa
saling memahami satu sama lain.
“Bagaimana
kita bisa memahami saudara kita dari suku dan bahasa lain, kalau tidak pernah
tersekspos ke sana dan memahami. Entah dalam bahasa mereka atau bahasa nasional,
karena para penulis kita mengungkapkan hal itu,” tutur Publishing &
Education Director PT Gramedia Asri Media Suwandi S. Brata dalam Konfrensi Pers Gramedia Writers and Readers Forum (GWRF) 2019,
Perpusnas RI, Jakarta (01/8/19).
Di
tengah kondisi bangsa yang mudah sekali terjadi gesekan, salah mengerti, dan salah
paham, para pegiat literasi dapat turut berperan menghidupkan wahana pemersatu
lewat aktivitas yang produktif. Gramedia Writers and Reader Forum akan diisi
kelas-kelas inspiratif, mulai dari talkshow, workshop, editor’s clinic, short
film award festival, pertunjukan musik,
ulasan film terbaru, hingga bazaar
buku murah.
Dengan
begitu, harap Suwandi, lewat keragaman literasi,
cultural diversity yang kita miliki ini betul-betul
menjadi anugrah hingga ada sesuatu yang kita syukuri bersama.
“Ayo
para penulis, mulai sekarang, ketika menulis, ada perspekstif tambahan yang
penting untuk NKRI. Untuk sumbangan riil kita lewat pembentukan persepsi
penyadaran akan pengetahuan di mana keterbukaan hati tercurah di sana," pungkas
Suwandi.
Gramedia Witers and Readers Forum 2019 diramaikan Fiersa Besari, Ayu & Ditto, Aan Mansyur, Sapardi Djoko Damono, Rintik Sedu, Ahmad Fuadi, Budiman Sudjatmiko, Maman Suherman, Naela Ali, Ayu Utami, Claudia Kaunang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Klinik Editor
Corporate
Secretary Gramedia Yosep Adityo sampaikan antusiasme masyarakat untuk perhelatan
tahunan penulis dan pembaca kali ini. Pemesanan tiket secara online melalui aplikasi MyValue lagsung
diserbu dalam waktu singkat. Aplikasi menawarkan diskon menarik untuk pembelian
buku Gramedia. Voucher yang didapat tiap membeli tiket, bisa langsung dipakai saat membeli di booth Gramedia, di selasar Perpustakaan
Nasional selama acara forum berlangsung.
Tahun
lalu, Gramedia Forum hanya diselenggarakan 2 hari. Tahun ini, menyambut hari kemerdekaan
RI, acara digelar penuh dari pagi hingga sore selama 3 hari berturut-turut. Jumlah
pendaftar untuk forum tahunan kedua ini juga meningkat.
“Tahun
lalu, yang hadir sekitar 1500 orang. Tahun ini, dengan panel 45 orang pembicara, kita menyediakan
2800 kursi. Yang sudah mendaftar hingga semalam ada 2560 orang. Untuk editor’s
clinic sudah 360 sekian pendaftar, “ungkap Yosep.
Artinya,
ada sekitar 360an naskah penulis baru yang berpotensi menjadi Ahmad Fuadi, Ayu
Utami, atau Maman Suherman berikutnya. Klinik editor merupakan salahsatu sesi
yang ditunggu-tunggu terutama oleh para penulis pemula. Di kelas tersebut, mereka
akan mendapat kesempatan langka berkonsultasi mengenai hasil karyanya yang dibaca para
penulis-penulis andal dan kompeten.
Hadir
juga dalam konfrensi pers; Arwan Subakti (Public Relation Sub Division
Perpusnas RI), Maman Suherman (Jurnalis Kini Penulis dan Mentor), Valerie
Patkar (Penulis Novel Best Seller 'Claires'), dan Luluk HF (Novelis beken
wattpad).
Komentar
Posting Komentar