Untuk mengajukan pinjaman, nasabah harus
datang ke bank membawa setumpuk persyaratan. Itu dulu. Kini lewat ponsel,
sambil tidur-tiduran di kamar, dana segar mendarat di rekening dalam hitungan
menit.
Destruksi Kreatif
Makin sering ditemui mal berfasilitas parkir tanpa petugas. Cukup tap-in and out di mesin pintar. Transaksi non tunai juga kian marak seiring promo cashback yang ditawarkan tiap gerai.
Ini
sekadar menyebut beberapa fenomena yang menandakan sedang berlangsung era creative destruction. Apa tuh? Bukan,
bukan judul album Guns and Roses. Ia adalah teori inovasi ekonomi dan siklus bisnis yang digulirkan lebih dari seabad lalu oleh ekonom asal Austria Joseph A. Schumpeter. Pada 1950-an, Schumpeter sudah bicara esensi dari dinamika perkembangan ekonomi ke depan.
Tarik
ke belakang, sekitar seabad lalu, pada 1911, Peter Drucker sudah
bahas creatively destruct sebagai salahsatu
fungsi kepemimpinan (leadership). Buku “Rethinking The Future” (1998) juga bicara hal
sama soal kedatangan abad baru ekonomi. Kegiatan bisnis tidak lagi bersifat linear dan kontinyu, melainkan discontinuity (diskontinuitas). Terjadi ketidaksinambungan di mana kondisi suatu saat bisa berganti secara mengejutkan di luar prediksi.
Alih-alih
mengembangkan secara berkelanjutan, geliat creative
destruction justru mengganti dan merombak skema bisnis secara cepat dan tak terduga. Ojek
pangkalan tak mengira bakal disalip ojek daring. Ketangguhan perbankan mesti berhadapan dengan gempuran teknologi finansial (fintech).
Agen perjalanan dan bisnis perhotelan harus mengimbangi kemunculan
jasa layanan daring yang menyediakan servis serupa dengan pilihan yang lebih
menarik.
Informasi
berfaedah ini saya dapatkan dari Publishing and Education Director PT
Gramedia Asri Media Suwandi S. Brata. Seperti biasa, di tiap kesempatan, Pak Wandi selalu sampaikan pencerahan untuk narablog seperti saya bisa senantiasa aktual.
Bahwa paradigma pengembangan bisnis yang berkelanjutan sudah out of date dan perlu ditinjau ulang.
“Pengembangan
terus-menerus tidak cukup, sudah kedaluwarsa. Kata kuncinya: mengganti dengan lebih baik (creative destruction-red). Maka, passionately innovating cocok sekali jadi tema, karena itu yang bikin relevan,”
ungkap Pak Wandi dalam sambutan di perayaan 29 Tahun Grasindo “Passionately Innovating”, Kompas Gramedia Building,
Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Beliau
berharap, Passionately Innovating atau Inovasi Sepenuh Hati dan Cinta tidak sebatas
tema, melainkan juga menjadi value proposition untuk harapan ke depan yang akan membuat Grasindo tetap relevan di zamannya. Tantangan kini lebih kompleks dari sekadar kompetitor yang menawarkan layanan sama.
“Kita
lihat sekarang, pesaing kita bukan penerbit. Pesaing kita adalah yang kemarin
tidak kita anggap pesaing,” pungkas Pak Wandi.
leson.id
Inovasi
bukanlah kata asing bagi Grasindo. General Manager Publishing Grasino R.
Suhartono sampaikan, eksistensi Grasindo sudah inovatif sejak pertamakali berdiri.
Berkhidmat pada penerbitan buku-buku sekolah, Grasindo melengkapi kebutuhan materi ajar.
Anak-anak 90an pasti pernah
punya buku Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Salahsatu produk unggulan Grasindo yang lengkap satu paket kurikulum.
Seiring
waktu, berupaya konsisten di penerbitan buku-buku sekolah, Grasindo harus
menghadapi dinamika peraturan kurikulum sekolah yang kerap berubah.
Grasindo kembali berinovasi
dengan menerbitkan buku-buku fiksi dan non fiksi, selain buku pegangan siswa. Hasilnya, buku laris terjemahan
karya Mark Manson “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” (The Subtle Art of Not
Giving a F*ck) sukses nangkring di rak buku anak-anak milenial.
Buku-buku tryout keluaran Grasindo juga sudah luas beredar
dari Sumatera hingga Papua. Tak heran, buah dari inovasi ini mengantarkan Grasindo menempati posisi 5 besar supplier di
toko buku.
Menyambut tren destruksi kreatif, Grasindo baru saja melepas inovasi teranyar
bernama leson.id yang menggandeng perusahaan rintisan yang bergerak di bidang tutorial belajar asal Hongkong; Snap Ask.
“Leson
jadi andalan Grasindo di masa depan. kolaborasi adalah rumusan kami ke depan,” sebut
Suhartono.
leson.id merupakan layanan sistem manajemen belajar yang sudah mendapat kepercayan dari 32
pemerintah provinsi dan lebih dari 326 kota
dan kabupaten di Indonesia.
leson.id
juga menyediakan video berlangganan untuk pelajar, bursa kerja bagi guru les
privat, layanan bimbingan belajar sesuai permintaan (on-demand), tryout, ujian online dan masih banyak lagi.