September ceria bagi para pecinta buku
di tanah air. Ikatan
Penerbit Buku Indonesia (IKAPI) menggelar Indonesia International Book Fair
2019 yang berlangsung pada 4 hingga 8 September 2019 berlokasi di Balai Sidang
Jakarta/ Jakarta Convention Center (JCC) Hall A, Senayan, Jakarta.
Zona Kalap
Konferensi Pers Indonesia International Book Fair 2019 di Artotel Jakarta, Senin 2 September 2019 mengabarkan
lebih lanjut perihal perhelatan pameran yang sudah menginjak tahun ke 39 ini.
Bakal
ada segudang acara menarik, di antaranya yang paling ditunggu apa lagi kalau
bukan pasar buku murah. “Zona Kalap” namanya. Dari judulnya saja kita sudah bisa
bayangkan keseruan yang bakal terjadi di area yang memiliki luas 600 meter ini.
Lebih luas dari tahun lalu.
Zona
Kalap menyediakan 500 ribu eksemplar buku yang terdiri dari 5.0000 judul terbitan 250 imprint (merek() penerbit. Dengan besaran potongan harga buku mulai
dari 40 hingga 90 persen, IIBF 2019 diramaikan jejeran penerbit ternama.
Peserta
dalam negeri yang meramaikan pameran buku skala internasional ini antara lain
Gramedia, Republika, Ikapi Daerah, Erlangga, Mizan, Kompas, Bumi Aksara, Zikrul Hakim, Tiga
serangkai, Lentera Hati, Obor, Gramata,
Balai Pustaka, Rajagrafindo, Maghfirah Pusataka, UI Press, UGM Press, Pesona Edu, Andi Offset, Katapel, KBN, UT, Perpustakaan Nasional, dan Sabana.
Nama terakhir merupakan gerai langganan saya karena menyimpan banyak harta karun used books.
Stan official yang juga meramaikan pesta literasi tahunan ini yaitu Badan Ekonom Kreatif
(Bekraf), Pemprov DKI, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Badan Pengembang Bahasa dan Perbukuan,
Kementan, dan Kemenkes.
Tak
ketinggalan brand penerbit terkemuka di kancah
global juga ikut menyemarakkan IIBF 2019. Berdiri stan-stan penerbit
buku Harper Collines Publishers, Macmillan, Campbell, Penguin Random House,
Priddy Books, Pan Macmillan, Simon & Schuster, dan Scholastic. Peserta luar
negeri yang membuka stan antara lain dari Cina, Korea, Malaysia, Jerman, Inggris
dan Mesir.
Indonesia Partnership Program
Yang
juga spesial di pameran buku internasional kali ini adalah kehadiran Indonesia
Partnership Program (IPP). IPP menjadikan Indonesia sebagai pusat dan sumber pemasaran
hak cipta terjemahan (copyright) di
dunia Internasional. Didukung Bekraf, IPP mengarahkan para profesional
penerbitan membeli hak cipta buku-buku
Indonesia.
Menurut
Penulis Buku Laris Ahmad Fuadi, pameran-pameran buku di luar negeri kental transaksi
Business to Business (B2B). Di mana hubungan bisnis terjadi antar agen literasi (literary agent). Berbeda dengan di Indonesia yang hubungan lebih banyak Business to Customer (B2C) atau antara penerbit dengan pembaca.
“Kalau
kita ke Frankfurt Book Fair, yang terjadi transaksi B2B. Tidak ada penulis di
sana, karena sudah diwakili agen literasi. Kalau di Indonesia belum banyak
penulis diwakili agen, biasanya oleh penerbit,” ungkap penulis Negeri 5 Menara.
Maka
suasana seperti ini akan terjalin dalam perhelatan IIBF 2019. Bagaimana perjalanan sebuah
intellectual property dibeli. Akan ada
meja-meja di mana para literary agent berinteraksi
dengan penerbit-penerbit yang menawarkan portofolio untuk dipilih sesuai minat.
Pada
IIBF 2018, sebanyak 26 judul buku Indonesia yang terjual untuk diterjemahkan dalam
bahasa asing. Tak kurang dari 105 judul lainnya diminati bahkan proses transaksi
berjalan setelah acara IIBF berlangsung.
Tercatat
pada IIBF 2018 ada 11 negara peminat dan pembeli hak cipta buku-buku Indonesia,
yakni Cina, Belanda, Malaysia, Jepang, Turki, Korea Selatan, Inggris, Srilangka, Maroko, Taiwan dan Singapura.
Untuk
IIBF 2019 bertambah negara-negara peminat buku Indonesia yaitu Jerman, Iran, Korea
Selatan, Jamaika, Filipina, Thailand, Malaysia, Albania, Amerika Serikat, Australia,
Turki, Singapura, Albania, Mesir, dan Pakistan.
Tahun ini
ditargetkan sebanyak 25 -30 hak cipta buku Indonesia bisa terjual. Menurut
Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina, buku-buku Indonesia banyak diminati penerbit luar
negeri terutama sastra.
“Selama
ini, dari kehadiran Indonesia di berbagai pameran internasional masih sama. Buku
anak dan fiksi menjadi favorit, khususnya sastra, baik yang lama maupun baru,” ungkap Rosidayati.
Menurut
Ahmad Fuadi, buku-buku asal Indonesia banyak diminati karena sarat dengan nilai
budaya nusantara yang khas.
“Tema-tema
yang ada kultur, konflik, dan sejarah cukup banyak (diminati). Misal karya Eka
Kurniawan, Laksmi Pamuntjak. Ada budaya Indonesia,” sebutnya.
Tapi
bukan berarti para buyer hanya
tertarik dari satu aspek saja. Penulis novel
biografi pendiri HMI Lafran Pane ini tuturkan, tergantung bagaimana kita
mengenalkan sisi lain yang mungkin orang dari luar negeri belum tahu.
Karakter Dimonetasi
Direktur
Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf Boni Pudjianto sampaikan, momen IIBF 2019
juga menjadi ajang BEKRAF perkenalkan program terbaru bertajuk KATAPEL.
Katapel
merupakan ikhtiar Bekraf mengangkat hak kekayaan intelektual anak bangsa untuk bisa
dikonsumsi secara meluas hingga ke manca negara. Ada sekitar 10 booth Bekraf di IIBF 2019 yang menampilkan
karakter-karakter unik dan menarik.
Bermula dari karakter, intellectual property ini mempunyai produk turunan yang bisa
dimonetasi ke berbagai produk non buku dari industri kreatif lainnya.
“Ada
yang tahu Tahilalats atau Emak-Emak Matic? Karakternya lucu-lucu. Ada yang sudah
punya kontrak dengan salahsatu bank. Jadi credit card-nya menggunakan logo karakter
mereka,” pungkas Boni.
Konferesi
pers juga menghadirkan Ketua Panitia IIBF 2019 Djaja Subagja dan moderator Arys
Hilman.