Featured Post

Rahasia Sukses Mentalis Banting Setir Jadi Youtuber


deddy corbuzier dan erik ten have millennial power


Internet merupakan lompatan teknologi yang turut andil mematikan karir pesulap. Sebelum kelahiran Youtube, hanya ada dua macam ekspresi penonton usai atraksi sulap: terkagum-kagum atau menuduh si pesulap pakai jin.



Adaptasi dan Belajar

Sejak kehadiran Youtube, penonton jadi lebih kritis akibat beredar video beberkan rahasia dapur pertunjukan sulap. Ironisnya, yang menyebarkan justru dari sesama magician. Para pesulap yang tidak laku lagi ini mencari uang lewat konten debunking yang membongkar rahasia trik sulap. Jika di siang hari si pesulap beraksi, di malam hari sudah ada video bocoran trik rahasianya.  

Hal ini sudah dipikirkan sejak lima tahun lalu oleh Mentalis kini Youtuber Deddy Corbuzier. Ia sudah memprediksi kedatangan senja kala untuk profesi pesulap. Saat itu Deddy termasuk masih laku sebagai magician dan meraih banyak perhargaan. 

Namun penerima penghargaan Merlin dari International Magician Society ini mengambil keputusan radikal. Ia memilih berhenti saat sedang di titik tertinggi. Ia tidak ingin berhenti ketika karirnya sebagai magician sudah hancur. Deddy mulai me-rebranding diri jadi presenter, kalistenik, motivator, hingga YouTuber.

So, I was thinking, kalau Youtube membunuh saya punya karir, kenapa saya tidak masuk ke Youtube? Instead of saya dibunuh Youtube, lebih baik saya dihidupi  Youtube,” ungkap Deddy Corbuzier dalam peluncuran buku Millennial Power, Rahasia Milenial Kaya dan Mandiri, Sabtu 8 Februari 2020, Gramedia Matraman, Jakarta.

Deddy membuktikan keberhasilannya. Penggagas Obsessive Corbuzier Diet (OCD) ini termasuk youtuber dengan pengaruh kuat di tanah air. Sebagai generasi X, dia mampu berkibar di tengah Youtuber papan atas yang notabene didominasi anak milenial. Kemudian banyak yang bertanya apa resep suksesnya.  

Because i love to learn. Salah satu kunci sukses saya adalah adaptasi. Umur saya 44 ke 45 tahun. Berapa banyak selebriti di Indonesia muncul lalu hilang karena mereka tidak bisa beradaptasi,” tandasnya.  

Deddy belajar cara membuat konten berkualitas. Ia belajar membuat podcast dari sohibnya Erik ten Have, entrepreneur kenamaan yang mendirikan platform Millennial Power. Untuk itu, Deddy mengajak para peserta yang sebagian besar kalangan milenial ini untuk pandai beradaptasi agar mampu bertahan dan tetap eksis di era disrupsi ini.

Ada pertanyaan menarik dari salah seorang peserta peluncuran buku yang dipadu  talkshow dan mini workshop ini. Peserta ini bertanya, bagaimana kalau pekerjaan yang kini sedang digeluti itu bukan passion-nya tapi menghasilkan uang? Apakah ia tetap harus mengikuti passion?  

Deddy meluruskan, buku yang dia tulis bareng Erik ten Have itu tidak membahas soal ajakan mengikuti passion dengan menafikan segala kondisi yang saling terkait. Makanya mereka memberi garis tegas yang membedakan antara passion dan hobi. Passion adalah hasrat yang menggerakkan kita menekuni sesuatu dan menghasilkan uang. Jika tidak menghasilkan, maka jadikan ia sekadar hobi.

“Kita tidak mengatakan: jangan lakukan ketika itu bukan passion anda. Misal, passion-nya fotografi tapi tidak laku. Sedangkan bapak kamu jualan nasi goreng di Glodok. Sehari dapat 20 juta, bukan passion tapi making money. Ya tidak apa-apa bro. Lakukan aja. Sudah benar itu,” tandas Deddy.  

Erik ten Have menambahkan, penting untuk menguasai skill yang menghasilkan uang meski itu bukan passion kita. Kalau memang ke depan ada kesempatan mencurahkan passion, belajar dulu caranya. Jangan langsung terjun total. Dengan begitu kita tidak akan kecewa lalu patah semangat kalau menghadapi tantangan.

Buku Millennial Power, Rahasia Milenial Kaya dan Mandiri merupakan hasil kolaborasi Deddy Corbuzier dan Erik ten Have. Buku dengan tebal  224 halaman ini berisi 9 bab menarik yang membagi tips praktis bagi milenial meraih peluang yang menghasilkan. Tiap bab tersisip QR Code yang bisa dipindai gratis berisi video eksklusif Deddy Corbuzier dan Erik ten Have membahas topik-topik  dalam tiap bab di buku tersebut.  

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect