Bertambah lagi pasien di Indonesia yang tertular c0r0n2. Konferensi pers juru bicara pemerintah dalam penanggulangan virus corona Achmad Yurianto ungkapkan ada 19 pasien kasus c0r0n2. Konferensi
pers berlangsung di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat (Senin (9/3/2020) pukul
17.45 WIB.
Konferensi Pers IABIE
Untuk
memberi edukasi dan perkembangan terkini mengenai virus corona kepada khalayak
ramai, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) menggelar press
conference pada Jumat, 6 Maret 2020, Sekretariat Pusat IABIE, Menteng,
Jakarta Pusat.
Salah
satu narasumber, Dokter Konsultan Paru Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, FACP, FCCP, FINASIM, menjelaskan
lebih lanjut. Virus corona adalah penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan
dari hewan ke manusia. Binatang kelelawar, tikus, babi, sapi, musang, monyet,
punya virus corona secara alami. Ketika terjadi mutasi, virus tersebut tidak lagi
menjadi virus corona alami. Saat binatang itu kontak dengan manusia, virus
corona darinya yang bermutasi itu menjadi patogen dan menyerang manusia yang menjadi
inangnya.
C0r0n2 hidup dalam reseptor; 97% di saluran pernafasan,
dan 3% di saluran pencernaan. Kalau berada di udara dalam posisi yang lama, tidak
mempunyai zat biologik dan inang untuk hidup, virus itu akan mati. Apalagi jika terpapar sinar matahari. Kita patut bersyukur tinggal di negeri yang disinari matahari
hampir sepanjang waktu.
Yang
kita khawatirkan adalah posisi virus tersebut yang masih hidup ketika kita
masak daging yang tidak matang. Virus yang masih hidup itu akan masuk di mukosa,
saluran nafas, dan hidup berkembang biak.
Rempah Dukung Imunitas
Para
ilmuwan dari tiap negara dunia berlomba melakukan serangkaian eksperimen untuk
menciptakan vaksin dan obat. Cina mengklaim akan sudah menghasilkan vaksin virus
corona untuk penggunaan darurat pada April mendatang. Sifat dinamis dari virus
corona membuat proses penciptaan vaksin memakan waktu lama.
Kata dr. Telly virus
corona adalah tipe RNA (ribonucleic acid),
kalau bakteri tipe DNA (deoxyribo nucleic
acid). DNA punya jalur agak lambat berubah, maka obatnya bisa tetap. Sedangkan
RNA bersifat cepat sekali berubah. Sehingga kalau sekarang bernama c0r0n2, maka
10 tahun lagi virus tersebut bisa bermutasi lagi.
Meski
vaksin belum ditemukan, dr. Telly sebutkan, saat ini sudah ada rekomendasi pemberian
obat yakni dengan cloroqueen (klorokuin),
yang kita kenal sebelumnya sebagai pil kina, obat malaria. Kekayaan varitas tumbuhan
tropis di Indonesia merupakan potensi yang mendukung pembuatan vaksin berbahan
dasar alami yang perlu digali secara penelitian ilmiah lebih luas.
Sambil
menunggu penemuan vaksin khusus virus corona, dr. Telly berpesan agar kita selalu
menjaga kebersihan dan meningkatkan imunitas dalam upaya menangkal virus corona.
Misal, dari pengolahan makanan, selain faktor kebersihan, penggunaan rempah-rempah
disebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Rempah berfungsi sebagai antioksidan dan antiseptik
yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Misal; kunyit, jahe, bawang putih,
cabai merah, dan lada hitam.
Tips
lainnya untuk mencegah terinfeksi virus corona adalah mencuci tangan dengan benar, menggunakan masker, tidak pergi ke negara
terjangkit, dan menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi menularkan virus
corona.
Indonesia Gagap Corona?
Dunia
menilai Indonesia lamban dalam merespon outbreak
virus corona yang merebak dari Wuhan Cina pada akhir Desember 2019. Virus corona
menyebar cepat. Pada tengah Januari 2020, negara-negara lain mengumumkan pasien
pertama mereka yang terinfeksi virus corona. Sebut saja Jepang, Korea Selatan, dan
Thailand. Amerika Serikat mengumumkan pasien virus corona pertama yang baru
saja pulang dari perjalanan ke Wuhan.
Negara
lain meragukan Indonesia yang dianggap santuy dalam penanganan merebaknya virus corona. Mereka tidak yakin jumlah korban corona di tanah air masih sedikit. Mengenai hal tersebut, dr. Telly berkata, kita sedang melihat fenomena gunung es. Jadi jumlah pasien yang
dilaporkan adalah posisi yang kelihatan. Anggota Dewan Pakar IABIE ini yakin
ada yang tidak periksa karena penderitanya di rumah saja, dan tidak memberitahu,
atau sudah di rumah sakit atau pusat pelayanan tapi tidak diperiksa standar identifikasic0r0n2 .
“Karena
periksa harus ada bukti real time
dari PCR (polymerase chain reaction-red)
virusnya dan dirujuk ke Jakarta di Balitbangkes Laboratorium Utama. Saat ini sudah
bisa di Surabaya. Ke depan, Kemenkes akan membuat 10 laboratorium satelit,”
beber Staf Ahli Divisi Respirologi & Penyakit Kritis Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ada dua
metode pemeriksaan terhadap pasien yang diduga terjangkit virus corona. Pertama metode PCR di mana kita bisa mengetahui
hasilnya dalam wakru 24 jam. Kita akan cepat mengetahui apakah dalam spesimen pasien
ategori suspect itu terkandung virus penyebab c0r0n2 .
Kedua, genome sequencing. Metode
ini membutuhkan waktu lama karena melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Metode
yang membutuhkan waktu hingga tiga hari ini bukan hanya mendeteksi virus corona
saja tapi juga virus-virus lain. Untuk itu,
dr. Telly berharap ada kit diagnosis yang setara standar baku, yang bisa mendiagnosis lebih cepat, rapid test, tanpa perlu dirujuk ke laboratorium utama.
Dalam
pengantarnya, Ketua Umum IABIE Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA berharap,
konferensi pers ini dapat menyajikan jawaban yang kredibel dari sumber
yang kompeten di tengah kesimpangsiuran informasi terkait wabah virus corona. Hadir
pembicara lainnya; Anggota Dewan Pakar IABIE/ Chairman ICEP ( International
Community for EFT Practitioner) Dr. Eddy Iskandar, M.Eng., Ph.D., dan Anggota Dewan Penasehat IABIE/ Unsur Pengarah
Masyarakat Professional BNPB 2009-2014, Dr. Ir. Agus Hasan Sulistiono
Reksoprodjo, DIC.
Komentar
Posting Komentar