Featured Post

Kolaborasi Masyarakat dan Pemerintah untuk Alam Gunung Gede Pangrango

 

ilustrasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan Pusat Konservasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan di Pulau Jawa yang bermanfaat untuk mendukung pembangunan wilayah dan masyarakat.


Kolaborasi Dalam Pengembangan, Penguatan, dan Pelestarian    

Hal ini sejalan dengan misinya: “Mempertahankan tipe ekosistem hutan hujan tropis pegunungan sebagai sistem penyangga kehidupan yang menunjang pengembangan pendidikan dan penelitian”, ”Mempertahankan populasi Owa Jawa, macan tutul dan Elang Jawa” serta ”Mewujudkan fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam ekosistem hutan hujan tropis pegunungan dalam kerangka cagar biosfer Cibodas untuk mendukung pembangunan wilayah dan kehidupan masyarakat”.

Pada kawasan sekitar TNGGP, sudah berkembang begitu banyak kawasan-kawasan wisata alam dan buatan, kawasan perkebunan, pertanian, permukiman, perumahan, hotel, vila, dan lain-lain, sehingga berdampak pada kemacetan.

Kawasan Puncak Bogor sudah sangat macet, yang beberapa tahun lalu masih terasa macet  hanya pada sabu dan minggu. Namun, dengan berkembangnya kawasan tersebut, sampai saat ini, kemacetan dirasakan hampir tiap hari.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat usulan rencana pembangunan jalan tol Caringin – Puncak- Cipanas – Cianjur, yang sebelumnya sudah direncanakan jalan tol Ciawi- Sukabumi- Cianjur. Kebutuhan akan pembangunan jalan tol diusulkan oleh beberapa swasta kepada Kementerian PUPR dalam tujuan pengetasan kemacetan lalu-lintas serta sebagai alternatif konektivitas antara daerah.

Di sisi lain, secara kelembagaan, di kawasan TNGGP terdapat beberapa kepentingan.  Mulai Kementerian dan Lembaga, termasuk Balai Besar TNGGP, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bogor, hingga Pemerintah Kabupaten Cianjur, dan Sukabumi. Dari pemerintah daerah, terdapat beberapa dinas terkait; baik bidang pariwisata, bina marga, tata ruang, lingkungan hidup, koperasi, maupun bidang agama, mulai memiliki kontribusi terhadap pengembangan kawasan TNGGP.

Keterlibatan antar Lembaga juga masyarakat sangat penting untuk dapat memberikan beberapa kontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Misal, bagaimana supaya pembangunan jalan tol tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan yang signifikan bagi kawasan TNGGP.

Hal tersebut perlu keterlibatan masyarakat yang secara kontribusi nyata berperan aktif. Bentuk solidaritas masyarakat dapat dibentuk menjadi beberapa fungsi, antara lain forum komunikasi, toleransi, gotong royong, dan kekeluargaan.


Kolaborasi Dalam Pengembangan, Penguatan, dan Pelestarian

Melalui Forum komunikasi, toleransi, gotong royong serta kekeluargaan, seperti pada ilustrasi di atas, diharapkan menjadi ajang transfer knowledge bagi masyarakat untuk dapat memberikan kontribusi nyata terhadap bagaimana pengetasan masalah, dan bagaimana masyarakat terlibat untuk dapat membantu tiap program pemerintah maupun pemerintah daerah, serta swasta, agar secara tujuan dapat meningkatkan kualitas, dan ketahanan lingkungan melalui elaborasi dengan peningkatan sosial ekonomi serta budaya masyarakat setempat.

Dalam hal keterlibatan masyarakat, diperlukan beberapa hal yang prinsipil, misal dukungan, sumbangsih, SDM unggul serta Edukasi. Hal tersebut sebagai salah satu strategi agar masyarakat serta seluruh kelompok masyarakat memiliki kontribusi terhadap dukungan baik terhadap program pemerintah maupun ketahanan, dan kelestarian lingkungan di kawasan TNGGGP.

sumbangsih, dukungan , eloborasi

Selain itu juga dibutuhkan sumbangsih kelestarian lingkungan, baik itu tenaga pemikiran maupun materi melalui swadaya masyarakat. Maka, sangat diperlukan SDM unggul pada kawasan TNGGP melalui pelatihan, fasilitasi, maupun pendidikan. Sehingga masyarakat teredukasi  melalui pembelajaran-pembelajaran terhadap ketahanan lingkungan, dan kelestarian alam.

Saat ini, terdapat beberapa program dari beberapa universitas terkait penelitian, pengabdian, maupun pemberdayaan. Namun, tidak sedikit juga investasi para swasta seperti Eiger yang memberikan pembangunan terhadap peningkatan kawasan wisata alam, serta investasi lainnya bagi pariwisata, kafe, maupun outdoor.

Bersamaan dengan banyaknya investasi di kawasan TNGGP, serta program yang ada, masih banyak sekali pro dan kontra terhadap pengembangan kawasan tersebut. Juga kurang sinerginya antar program sehingga yang mengalami dampak buruk adalah kelestarian alam dan lingkungan serta masyarakat setempat.

Maka dari itu, perlu adanya suatu program pemberdayaan yang lahir dari antar kelompok masyarakat dengan elaborasi terhadap tiap kelembagaan. Baik  kementerian, pemerintahan daerah, maupun swasta yang tersusun secara master plan kawasan yang saling berelaborasi dengan berbasis rencana tata ruang maupun kebijakan sumber daya alam terkait.

Untuk itu, secara prinsip ketahanan lingkungan dan pembangunan, akan selalu mengorbankan lingkungan dan alam. Setidaknya melalui sinergitas serta kolaborasi, dan elaborasi antar kelompok masyarakat maupun pemerintahan, dapat memanfaatkan beberapa alternatf seperti pertimbangan program-program yang komprehensif / menyeluruh serta memanfaatkan teknologi dan produk-produk ramah lingkungan yang ada di masing-masing kementerian/ lembaga.

Contoh; biopori, sumur resapan air hujan, kolam tandon, reboisasi oleh masyarakat, green building, smart village, dan lain-lain, yang secara prinsip sangat bermanfaat bagi kelestarian alam. Juga yang utama adalah menjadikan masyarakat dan/ atau antar kelompok masyarakat tersebut menjadi aktor utama dalam penyelenggaraanya. 


Tatang Ramdan, ST.,MT (PUSPIN EBT ICMI Jawa Barat)

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect