Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, dan Road to Resillience

 

dok. ruangobrol.id |

Stigma yang melekat pada WNI terafiliasi konflik Suriah menjadi tantangan dalam proses reintegrasi sosial yakni saat mereka kembali ke masyarakat.  


Terlahir Kembali   

Para WNI terafiliasi konflik Suriah harus menerima kenyataan pahit berupa penolakan, dan cap ‘pengkhianat’ dari masyarakat. Belum lagi mereka harus menjalani berbagai pelatihan, dan interogasi dari BNPT dan Densus 88 selama satu bulan. 

Maka, tantangan terbesar dalam repatriasi ialah membangun pemahaman bersama antara berbagai pihak terkait, mulai pemerintah hingga komunitas lokal. Bahwa masih ada semangat dari mereka untuk kembali ke tanah air untuk membangun hidupnya kembali.     

Pimpinan ruangobrol.id Dr. Noor Huda Ismail mengungkapkan, saat ini, ratusan WNI masih tertahan di kamp-kamp pengungsian di Suriah. Kemungkinan mereka kembali ke tanah air melalui repatriasi pemerintah atau upaya mandiri. Tapi proses kepulangan tersebut bukan berarti tanpa risiko besar. 

“Namun, kepulangan tanpa pengawasan berisiko meningkatkan ancaman keamanan dalam negeri,” tuturnya dalam Peluncuran buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah,” dan film “ Road to Resilience”, Kamis 27 Februari 2025, Ruang Auditorium lt. 2, Perpustakaan Nasional, Jakarta.       


Kedua produk ini menjadi alat dalam komunikasi strategis terkait isu penangan WNI terafiliasi konlsik Suriah. Kedua karya ini menjadi salah satu upaya peningkatan kesadaran di kalangan pemangku kepentingan mengenai kompleksitas repatriasi, dan integrasi sosial returnis.  

Memperkuat hal tersebut, Ruangobrol mendorong konsep 5R (repatriasi, rehabilitasi, relokasi, reintegrasi, dan resiliensi) untuk menciptakan proses yang lebih terstruktur dalam menangani returnis. Sehingga mereka akan memperoleh kesempatan kedua dari upaya penebusan hingga "terlahir kembali".  

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen, Pol. Eddy Hartono dalam pidato kuncinya menyampaikan, karya ini menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE).  

febri ramdani menjadi credible voice di film road to resilience
dok. ruangobrol.id


Narasi Alternatif

Film dokumenter "Road to Resilience" menelusuri perjalanan panjang Febri, remaja Indonesia yang terjebak janji manis ISIS, dan akhirnya menemukan jalan kembali ke tanah air. Dalam bingkai besar konflik global, film ini menyembulkan isu personal yang membutuhkan penanganan spesifik lewat pendekatan humanis yang lebih fleksibel. Film ini mengajak penonton menyelami akar masalah mengapa seseorang bisa tersedot dalam pusaran konflik internasional. 

Film ini sarat momentum yang penuh haru, dan kebahagiaan. Terutama ketika Febri berhasil  menyelesaikan pendidikan, dan merayakan wisuda bersama kedua orang tua. Meski berlatar konflik di negara nun jauh di sana, "Road to Resilience" memotret fragmen perjuangan seorang anak negeri yang mengingatkan kita untuk lebih telaten lagi merawat kekeluargaan. 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” karya Noor Huda Ismail memotret pengalaman pribadi penulis yang berperan dalam proses repatriasi 18 orang Indonesia dari Suriah pada Agustus 2017. Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” menjadi semacam kronik yang memudahkan  pembaca terutama pemerhati isu Timur Tengah memperoleh informasi yang lebih utuh dalam memahami permasalahan. 

Melampaui isu radikalisasi, Noor Huda menghadirkan perjalanan memahami manusia, konflik, dan harapan untuk kehidupan lebih baik. Bahwa kompleksitas konflik Suriah yang melibatkan anak negeri ini dapat diurai secara lebih sederhana "and all you need is love".    

Pemutaran film dan peluncuran buku dirangkai diskusi interaktif menghadirkan Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian, dan penulis buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” Dr. Noor Huda Ismail,  Pakar Gender, Konsultan, dan Peneliti Lies Marcoes, MA., Kepala Seksi Analisis, BNPT RI Dr. Leebarty Taskarina, S.Soc., M.Krim., Credible Voice di Film "Road to Resilience" dan Penulis Buku "300 Hari di Bumi Syam” Febri Ramdani, SS., serta Sutradara Film "Road to Resilience" Ridho Dwi Ristiyanto.  Diskusi buku dipandu Jurnalis Sarie Febriane.  

Kehadiran buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah", dan film dokumenter Road to Resillience" menawarkan narasi alternatif oleh credible voices yang memengaruhi publik dalam menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya pencegahan paham esktrimisme kekerasan. Narasi kemanusiaan, dan harapan yang masih menjadi inti dari setiap langkah.  


Posting Komentar untuk " Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, dan Road to Resillience "